Sejak Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius
orang-orang terhadap bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang
berkumpul bersama di rumah saat hari raya pertengahan musim gugur, dan
saat makan kue bulan, begitu menengadahkan kepala melihat rembulan di
atas langit, dalam hati pasti merasa penasaran dan bingung.
Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini berasal? Dan
bingung apa yang sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada masa
Dinasti Song yaitu Su Dong Po dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya
menyuarakan rasa penasaran dan kerinduan bangsa China terhadap rembulan:
Kapan adanya terang bulan? Dengan arak bertanya pada langit cerah.
Tidak tahu di istana langit atas sana, hari ini tahun berapakah saat
ini?
Setelah antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa
permukaan bulan adalah sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu
angkasa tak terhingga banyaknya, kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda?
Setelah mendarat di bulan, beberapa temuan baru yang didapatkan, malah
membuat ilmuwan semakin bingung terhadap asal-usul bulan.
Saat ini pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi
sebelum pendaratan di bulan pada waktu itu, bukti–bukti temuan ini bisa
membuat pemikiran baru orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan
kembali asal mula diri sendiri dan kehidupan, serta alam semesta.
Studi Awal
zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan
pengamatan yang panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang
bulat dan menyusut berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi
penyair, lebih menjadi pedoman kerja penanaman sawah petani; penanggalan
tradisional Tionghoa merupakan penanggalan yang berdasarkan peredaran
bulan, berperiode 28 hari sebagai patokan. Pada masa lampau, orang-orang
menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, bulan selalu mengarah pada
kita dengan satu permukaan yang sama.
Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan
bisa berputar sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama
dengan periode perputarannya mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun
posisi bulan berada, bulan yang kita lihat dari atas bumi pasti
merupakan satu permukaan yang sama, bayang-bayang di atas bulan selalu
sejenis yang serupa.
Orang-orang bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama
besar dengan matahari. Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun
pada kenyataannya apakah sama besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil
mengamati suatu fenomena alam yang aneh, mereka menyebutnya dengan
istilah “dewa anjing menelan matahari”, di saat itu akan ada benda
langit berwarna hitam menutup total matahari, langit siang hari yang
terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan
kelap-kelip bintang, yaitu “gerhana matahari total” yang dikenal oleh
ilmuwan sekarang ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit
hitam yang kita lihat adalah bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi
matahari, artinya jika dilihat dari bumi, bulan dan matahari sama
besarnya.
Belakangan astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis
395 kali lipat jarak bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga
persis 395 kali diameter bulan, maka dilihat dari bumi, bulan persis
sama besarnya dengan matahari. Diameter bumi adalah 12.756 km, diameter
bulan 3.467 km, dan diameter bulan adalah 27%-nya diameter bumi.
Benda langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut
sebagai satelit. Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya
memiliki satelitnya sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada
beberapa planet yang sangat besar, seperti misalnya planet Jupiter,
planet Saturnus dan lain sebagainya, mereka juga memiliki satelit yang
mengedarinya, diameter satelit mereka sangat kecil dibanding planet itu
sendiri. Maka, satelit yang besarnya seperti bulan, sangat unik di dalam
sistem tata surya kita. Data-data yang kebetulan ini menyebabkan
beberapa astronom mulai memikirkan sebuah masalah, yaitu apakah bulan
terbentuk secara alami?
Bebatuan Bulan yang Lebih Tua
Setelah pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan
mengambil contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai
pengujian, didapatkan data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih
mendalam terhadap struktur bulan.
Pertama-tama dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul,
didapati bahwa usia bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia
bebatuan itu melampaui bebatuan yang paling kuno di atas bumi.
Menurut
statistik 99% usia bebatuan bulan melampaui 90% bebatuan kuno di atas
bumi, usia yang berhasil dihitung adalah sebelum 4,3-4,6 miliar tahun.
Ketika membuat analisa terhadap tanah permukaan bulan, didapati masa
mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang bahkan lebih awal 1 miliar
tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih dari 5 miliar
tahun. Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya sistem
tata surya kurang lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah
di permukaan bulan sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga
berpendapat bahwa sulit untuk menjelaskan.
Rongga pada Bulan
Pembuktian kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot
yang mendarat di bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan
permukaan bulan dengan mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin
antariksa, setelah menyatu dengan pesawat antariksa, pesawat pendarat
itu dibuang kembali ke permukaan bulan. Alat pengamat gempa yang
dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada permukaan bulan, getaran
ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama seperti martil memukul
lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung dalam waktu
yang lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh
misalnya, ketika kita memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga,
akan mengeluarkan getaran ung… ung… yang terus bergema, sedangkan
ketika memukul besi padat, getaran hanya akan bertahan singkat, akan
berhenti pada waktu yang tidak lama. Gejala getaran yang terus
berlangsung ini membuat ilmuwan mulai membayangkan apakah bulan itu
berongga?
Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan
dua macam gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal),
sedangkan satunya lagi adalah gelombang permukaan. “Gelombang bujur”
adalah suatu gelombang tembusan, bisa menembus suatu benda, dari satu
sisi permukaan melalui pusat benda dan disalurkan ke sisi lainnya. Dan
“gelombang permukaan”, sama seperti namanya, hanya bisa menyampaikan
pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen kabut bulan yang
dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang, sama sekali
tidak berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya berupa
gelombang permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan
membuktikan bahwa bulan itu berongga!
Berlapiskan Unsur Logam
Tidak tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan
terlihat potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan
hitam yang disebutkan oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor
listrik akan membuat sebuah lubang di sana, mereka mendapati bahwa itu
adalah pekerjaan yang melelahkan, mengebor dalam waktu yang sangat lama,
namun hanya bisa membuat lubang sedikit saja. Dan ini aneh rasanya,
permukaan bulan bukankah semestinya terbentuk dari tanah dan bebatuan?
Meskipun agak keras, namun tidak semestinya sampai tidak bisa masuk!
Ketika dengan cermat dan teliti menganalisa struktur bentuk permukaan
bulan pada area itu, ditemukan bahwa sebagian besar adalah suatu
komposisi unsur logam yang sangat keras, yaitu unsur logam titanium yang
digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian
kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan
sebuah bola logam yang berongga.
Dalam lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak
aneh, yang aneh adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsur
logam yang sangat langka di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium
dll. Logam-logam ini semuanya sangat keras, tahan panas, anti-oksidasi.
Ilmuwan menaksirkan, jika hendak melebur unsur-unsur logam ini, paling
tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu derajat, namun bulan adalah sebuah
“planet dingin yang mati kesepian” di langit, paling tidak selama 3
miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi. Lalu bagaimana bulan
bisa menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan suhu yang
tinggi? Lagi pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan
seberat 380 kg yang dibawa oleh antariksawan, didapati ternyata
mengandung besi dan titanium murni, ini adalah golongan tambang logam
murni yang tidak akan ada secara alamiah. Ini menunjukkan bahwa
logam-logam ini bukan terbentuk secara alamiah, melainkan hasil leburan
manusia.
Penemuan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat
bingung para ahli. Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat
banyak, namun anehnya, lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan
memperhitungkan, jika sebuah planet kecil yang berdiameter 16 km dengan
kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan hancur di atas bumi, maka akan
mengakibatkan sebuah lubang besar dengan kedalaman berdiameter 4-5 kali
lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai 64-80 km. Dan sebuah lubang
Kawah Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada permukaan bulan,
diameternya 300 km, namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila hitungan
ilmuwan tidak ada kesalahan, bebatuan yang mengakibatkan lubang ini jika
bertabrakan di atas bumi, akan mengakibatkan lubang besar yang paling
tidak kedalamannya 1.200 km!
Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang
demikian dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan
adalah lapisan kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi
logam keras di permukaan bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk
menjelaskan gejala semacam ini.
Bulan Diciptakan oleh Manusia?
Dua ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya,
menganggap bahwa bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah
mengalami perombakan. Dengan demikian, baru bisa secara sempurna
menjelaskan dan menjawab berbagai macam gejala aneh yang ditinggalkan
bulan untuk kita.
Hipotesa ini sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan
perdebatan, saat ini sebagian besar ilmuwan masih belum berani mengakui
teori ini. Namun, kenyataan yang tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan
memang benar-benar bukan terbentuk secara alami. Bulan bagaikan mesin
yang sangat akurat, setiap hari menghadap bumi dengan segi yang sama,
juga persis sama besarnya dengan matahari kalau dilihat sepintas.
Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam yang tinggi
tingkat kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang kepadatannya
tinggi dalam jangka waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti
bentuk semula. Jika merupakan sebuah benda langit alamiah, tidak
seharusnya memiliki begitu banyak ciri khas yang dibuat manusia.
Diperkuat dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga
yang diciptakan manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan
seyogianya dipasang dan diletakkan di atas oleh “manusia”, segala ciri
khasnya sekaligus menunjukkan, bahwa bulan diciptkan manusia bumi pada
waktu itu. Jika demikian, sebelum adanya bulan, langit malam hari di
atas bumi seharusnya sangat gelap gulita. Jika waktu itu di atas bumi
ada manusia, lalu pada malam hari dan di atas permukaan bumi yang luas,
mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun, maka pantas saja
dirancang sebuah cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas langit.
Maka wajah atau pemandangan bulan yang paling asli adalah sebuah bola
metal, yang tingkat keterangan cahaya pada zaman dahulu pasti lebih
terang dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan waktu yang panjang,
di bawah kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi sejumlah
besar bebatuan kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Dan bila saat ini kita menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan,
tentu saja mendapati usianya lebih lama dari pada bumi, membuat adanya
perasaan sedikit fantastis.
Saat ini terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak
berani diakui ilmuwan, bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran
yang sempit, menganalisa secara rasional akan menemukan banyak sekali
fenomena yang sulit untuk dijelaskan namun sebenarnya sangat mudah
dipahami. Berdasarkan sejumlah besar bukti yang ditemukan ilmuwan sejak
awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah ciptaan manusia, merupakan
ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bisa mengambil
kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat
dikatakan adalah merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan
biar pun meneliti begitu banyak bukti dan teori yang tepat, namun saat
menemui pandangan yang bertentangan dengan teori evolusi, maka siapa pun
tidak berani mengemukakannya.
Padahal eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang
sangat tinggi sudah ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis
belakangan ini. Sebagai contoh, penemuan tambang reaktor nuklir yang
diperkirakan berusia 2 miliar tahun yang lalu di Republik Gabon, Afrika,
yang lebih canggih dari pertambangan reaktor nulir zaman sekarang.
Semangat yang menuntut “kebenaran” seyogianya merupakan prinsip
tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah melompat keluar
dari bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk
membayangkan bahwa di antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan
terdapat sebuah lompatan yang sangat cepat.